safety equipment, technical equipment, general supply
Jurnal, Penerbitan, Website
+6285133779597

Dunia Islam

Menelusuri Jejak Peradaban Islam Melayu: Warisan Ulama, Tenun Tradisional, Arsitektur, dan Suluk dalam Dinamika Islam Nusantara

Peradaban Islam Melayu di Nusantara menyimpan jejak keilmuan, budaya, arsitektur, serta spiritualitas yang tak ternilai. Sejumlah akademisi berupaya menggali aspek-aspek tersebut dalam kajian ilmiah mereka, mengungkap dimensi peradaban Islam yang kaya makna dan relevan hingga masa kini.

Dr. M. Agus Kurniawan, M.Pd.I mengupas dimensi sufistik melalui kajian suluk Gus Dur sebagai representasi spirit Islam Melayu Nusantara. Menurutnya, Gus Dur membawa pemikiran sufistik yang berpijak kuat pada tradisi lokal Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, menjembatani keragaman budaya dengan nilai-nilai universal Islam. Perspektif ini menegaskan pentingnya suluk sebagai jalan spiritual yang merawat peradaban Islam Melayu dalam bingkai kebangsaan.

Dr. Rachmat Panca Putera, M.Pd, meneliti tenun tradisional Melayu sebagai simbol identitas budaya dan ekonomi Islam di wilayah pesisir. Baginya, tenun tak hanya produk estetis, melainkan wujud konkret ketahanan budaya yang menopang ekonomi rakyat. Tradisi menenun mencerminkan etos kerja, nilai religius, dan kesinambungan adat Islam Melayu dalam kehidupan sehari-hari.

Dr. Sodikin, M.Pd, mengkaji warisan keilmuan Kiai Tjek oleh Pedatoean, seorang ulama besar yang turut membentuk karakter intelektual Islam Palembang. Kiai Tjek dikenal sebagai pendakwah dan pendidik yang meletakkan dasar keilmuan Islam klasik di kawasan tersebut. Melalui pondok dan ceramahnya, Kiai Tjek berperan dalam menguatkan pemahaman masyarakat tentang tauhid, fikih, dan tasawuf, yang kelak menjadi bagian dari identitas keislaman Melayu Palembang. Kajian ini memperkuat argumen bahwa pusat-pusat pengajian tradisional memegang peranan penting dalam pengembangan peradaban Islam setempat.

Senada dengan itu, Dr. Muhammad Zamzam, M.Pd.I juga menyoroti transmisi keilmuan Islam di Palembang lewat sosok KH Zen Zyukri. Ia mengungkapkan bahwa KH Zen Zyukri menjadi tokoh penting dalam menyambung mata rantai sanad keilmuan di Sumatera Selatan. Melalui pesantren dan jejaring intelektualnya, ulama ini menjaga kesinambungan tradisi keilmuan Islam klasik sekaligus merespons tantangan modernitas.

Dari Bengkulu, Dr. Budi Arlius Putra, Ph.D meneliti arsitektur masjid tua Jambi sebagai bukti konkrit integrasi budaya lokal dengan nilai-nilai Islam. Gaya bangunan yang khas menunjukkan adaptasi Islam dalam ruang budaya Melayu, menjadi penanda identitas keislaman sekaligus cerminan daya tahan tradisi arsitektur Islam Melayu di kawasan tersebut.

Kelima kajian ini mengungkap luasnya spektrum peradaban Islam Melayu—dari jalur sufistik, tradisi kain tenun, arsitektur, hingga warisan pesantren dan ulama lokal. Warisan ini tak hanya menjadi penanda sejarah, namun juga sumber nilai dan inspirasi bagi pengembangan Islam Nusantara yang moderat, berakar budaya, dan terbuka terhadap perubahan zaman.

Para peneliti ini sepakat bahwa pelestarian warisan Islam Melayu harus melibatkan riset ilmiah, edukasi publik, serta revitalisasi pusat-pusat keilmuan dan budaya Islam di kawasan Sumatera dan sekitarnya. Upaya ini penting untuk menjaga keberlangsungan peradaban Islam yang ramah, damai, dan berkeadaban di tengah tantangan global.